A. Motif Sasirangan Tradisional
a. Kulat karikit, Gigi Haruan, Iris Pudak, & Ular Lidi
Motif Batik Sasirangan Kulat Karikit adalah tumbuhan jenis cendawan yang hidup menempel pada batang atau dahan pohon, jadi termasuk tumbuhan yang menumpang, tetapi tidak merugikan tumbuhan yang ditumpangi seperti halnya parasit benalu.Kulat karikit hidup mandiri, cari makan sendiri.Sehingga dapat dimaknai hidup mandiri, tahan menderita.Bentuk gambarnya mirip dengan motif gigi haruan, tetapi lebih kecil dan juga biasanya tersusun secara vertikal.
Motif Batik Sasirangan yang bernama motif “Gigi Haruan” ini diambil dari nama ikan Haruan atau ikan gabus, salah satu ikan makanan favorit orang banjar. Ikan ini yang biasanya berwarna hitam dan memiliki gigi-gigi yang runcing dan tajam.Sehingga gigi ikan haruan inilah diambil sebagai salah satu motif batik sasirangan yang bermakna “ketajaman berpikir”.
Motif Batik Sasirangan Hiris Pudak adalah sebuah tanaman sebutan orang banjar, yang biasa kita kenal dengan tanaman pandan.Tanaman pandan ini sering ditanam di pekarangan rumah, karena sering digunakan sebagai pengharum ketika memasak nasi.Akan tetapi tanaman pandan di daerah Banjarmasin airnya banyak dimanfaatkan orang sebagai pewarna kue. Juga sebagai campuran bunga rampai (bunga khas banjar) yang biasanya digunakan ketika melakukan acara adat banjar seperti acara perkawinan ataupun acara-acara lain.
Motif Batik Sasirangan Ular lidi dalam salah satu dongeng orang Banjar dianggap sebagai simbol kecerdikan kerena ular lidi yang kecil itu gagah dan cerdik namun berbisa.Bentuk gambarnya mirip hiris pudak, tetapi berganda dua dan tidak patah-patah, tetapi melengkung dengan garis vertikal dan bervariasi
b. Daun Jaruju, & Tampuk Manggis
Motif Batik Sasirangan Tampuk Manggis diambil dari filosofi buah manggis yaitu kejujuran, karena setiap jumlah isi buah manggis pasti selalu sama dengan apa yang ditampilkan tampuk buah manggis tersebut. Misalnya tampuk yang ada di kulit luar buah manggis tersebut ada 5, maka sudah dapat dipastikan isi dalam buah manggis tersebut berjumlah lima buah. Nah hal inilah kenapa motif Batik Sasirangan juga mengambil filosofi tampuk manggis, karena apa yang telah terucapkan sama dengan apa yang terlintas dalam hati.
c. Hiris Gagatas & Kambang Sasaki
Motif Batik Sasirangan Gagatas disebut juga rincung gagatas yang artinya bungas (cantik), tidak akan bosan apabila dipandang. Pada umumnya kue khas Banjar dipotong beberapa bagian dalam bentuk Gagatas ini.
Motif Batik Sasirangan Kambang Sakaki yang bermakna sekuntum bunga yang melambangkan keindahkan yang banyak dipergunakan sebagai ornamen khas Banjar, seperti ukiran arsitektur rumah adat Banjar.
d. Bintang Sudut Ampat, Bintang Sudut Lima, Bintang Sudut Tujuh, Gugusan bintang & Bintang Bahambur
Motif Batik Sasirangan Bintang bermakna bahwa bintang adalah salah satu tanda kebesaran Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia tak akan sanggup untuk dapat menghitung berapa sesungguhnya jumlah bintang yang ada di alam semesta ini.
e. Kambang Kacang & Bayam Raja
Motif Batik Sasirangan Bayam Raja adalah atribut seseorang yang dihormati dan bermatabat.Karenanya motif ini mengandung makna leluhur yang bermartabat dan dihormati.Bentuknya dengan garis-garis yang melengkung patah-patah, biasanya tersusun secara vertikal menjadi garis pembatas dengan motif-motif lain, sehingga bayam raja banyak dalam kain sasirangan.
f. Ramak Sahang, Daun Katu, & Gelombang
Motif Batik Sasirangan Ramak Sahang adalah salah satu jenis rempah rempah yang biasa kita kenal merica.Sedangkan ramak (bahasa Banjar) artinya hancur, jadi ramak sahang artinya merica hancur.Motif ini hampir mirip dengan motif hiris pudak yang berganda dua, tapi gambarnya terputus-putus tidak senyawa.
Motif Batik Sasirangan Daun Katu adalah tanaman yang sering ditanam di pekarang rumah, tanaman ini memiliki manfaat selain digunakan sebagai sayuran bisa juga di manfaatkan oleh ibu-ibu yang lagi menyusui anak, karena manfaat apabila mengkonsumsi sayuran ini dapat melancarkan air susu ibu (ASI). Sehingga daun katu juga dijadikan sebagai salah satu motif sasirangan.
Motif Batik Sasirangan Galombang bermakna mengarungi gelombang kehidupan manusia.Seperti filosofi “roda yang berputar” kadang keadaan kehidupan seseorang berada pada posisi dibawah, atau bahkan kebalikannya
g. Kangkung kaumbakan & Ombak Sinampur Karang
Motif Batik Sasirangan Kangkung Kaumbakan artinya adalah kangkung yang terkena ombak, maksudnya adalah tanaman kangkung yang hidup menjalar di air apabila airnya bergelombang atau ombak air, batang kangkung tidak putus.Sehingga bermakna tahan cobaan atau ujian.
Motif Batik Sasirangan Sinampur Karang artinya ombak yang menerjang karang, ombak ini bisa dikiaskan sebagai gelombang perjuangan dalam hidup mmanusia.
h.Turun Dayang
Motif Batik Sasirangan Turun Dayang tidak jauh berbeda dengan dara manginang, maka motif turun dayang ini juga sering berkomposisi yang abstrak atau tidak jelas.Tetapi turun dayang bisa dengan tata tiga warna utama, yaitu merah, kuning dan hijau
i.Mayang Maurai & Naga Balimbur
Motif Batik Sasirangan Mayang Maurai artinya mayang terurai, mayang ini biasanya dipakai ketika melakukan acara mandi-mandi (tradisi adat Banjar) yang biasanya dilakukan sehari sebelum pengantin disandingkan.Atau juga bisa dilakukan acara mandi 7 bulanan pada saat seorang wanita yang hamil 7 bulan.
Motif Batik Sasirangan Naga Balimbur diambil dari sebuah dongeng orang Banjar yang termasuk dalam folkore, yang menceritakan tentang naga sedang mandi di tengah sungai pada waktu pagi hari. Dengan riangnya sang naga itu mandi sambil berjemur dengan cahaya matahari yang bersinar dengan cerah. Keadaan itu menggambarkan sebagai suatu suasana yang menyenangkan atau mengembirakan.
j. Dara Manginang
Motif Batik Sasirangan Dara manginang atau dengan istilah Banjar “Galuh Manginang” adalah seorang gadis Banjar dahulu yang baru makan sirih, sehingga air liurnya yang merah karena gambir sampai meleleh keluar bibir.Akan tetapi kebiasaan ini sekarang sudah jarang sekali dijumpai di masyarakat Banjar.Karena pergeseran zaman ke masyarakat modern.Oleh sebab itu lah momen seperti diabadikan sebagai salah satu motif batik sasirangan.Sebagai penginggat masyarakat Banjar bahwa dulu nenek moyang mereka dulu sering menginang.Motif ini biasanya lebih dominan berwarna merah menyala.
B. Motif Sasirangan Modern
1) Motif Sarigading
Beberapa tahun yang lalu muncul motif batik sasirangan yang bernama motif “Sarigading”, motif ini juga sangat disukai oleh masyarakat Banjar karena coraknya yang unik. Bahkan ketika Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono beserta istri ibu Ani berkunjung pada tanggal 22 s/d 24 Oktober 2013 dalam rangka peletakkan batu pertama dan meresmikan proyek masterplan. Pada kesempaten tersebut Beliau beserta Ibu juga mengenakan Pakaian Batik Sasiangan yang bermotif Sarigading. Motif Sarigading ini menurut informasi yang kami peroleh, proses pembuatan motif Sarigading ini tergolong lebih rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama karena motifnya kecil-kecil sehingga proses penenunnya pun cukup lama. Sehingga harga Batik Sasirangan yang bermotif Sarigading ini pun dijual pedagang tergolong lebih mahal karena ongkos pembuatannya yang lebih mahal dari motif yang lain.
2) Motif Degradasi
Motif Degradasi ini adalah motif yang saat ini banyak dibuat oleh pengrajin Batik Sasirangan di Banjarmasin, ciri khas motif ini dari unsur warna yang biasanya terdiri dari tiga pewarnaan.Motif ini terlihat coraknya lebih lebar dibandingkan dengan motif-motif sebelumnya. Dan proses pembuatannya pun tergolong lebih mudah ketika dalam proses penenunan.
3) Motif Abstrak
Motif Abstrak ini adalah motif terbaru saat ini, coraknya apabila kita amati seperti corak macan (corak yang unik). Motif Abstrak ini merupakan motif unggulan pengrajin Batik Sasirangan langganan kami.Karena menurut beliau (pengrajin batik sasirangan) motif ini masih jarang ditemui dipasaran.Ketika kami survey ke beberapa toko penjual Batik Sasirangan yang ada di Banjarmasin, ternyata benar adanya.Bahwa motif Abstak ini masih tergolong langka.Mungkin para pengrajin Batik Sasirangan saat lebih banyak menembangkan motif Degradasi dibandingkan motif Abstrak.Atau mungkin karena setiap pengrajin Batik Sasirangan memiliki keahlian yang berbeda-beda sehingga masing-masing pengrajin menunjukkan kelebihannya.
4)Motif Rainbow
Motif Rainbow adalah motif terbaru dari para pengrajin sasirangan, motif ini ada kemiripan dengan motif batik dari Palembang, ide dari ini adalah karena saat ini dunia fashion sangat berkembang pesat sehingga memicu para pencinta Kain Sasirangan menciptakan motif baru agar lebih diterima di kalangan anak muda sekarang. Kalau kita lihat Rainbow ini warnanya lebih banyak dibandingkan dengan motif-motif sasirangan pada umumnya disesuaikan dengan karakter anak mudah sekarang yang fashionable.
Drs. HM Syamsiar Seman, dalam bukunya SASIRANGAN KAIN KHAS BANJAR menampilkan beberapa motif kain sasirangan yang baru :
1. Laju Bakayuh (Cepat Mendayung Perahu)
2. Mandulang Intan (Cara Menambang Intan secara Tradisional)
3. Pucuk Rabung (Pucuk Cikal Bambu ) atinya lakat mufakat
4. Sarang Wanyi (Rumah Lebah)
5. Kayapu (Nama Tumbuhan air)
6. Kambang Mawar (Bunga Mawar)
7. Kambang Malati (Bunga Melati
8. Kambang dalam Jambangan (Bunga dalam Jambangan)
9. Kambang Malayap (Bunga yang menjalar)
10. Daun Kastila (Daun Pepaya)
11. Daun Tarung Pipit (Daun Terong)
12. Daun Bilaran
13. Buah Kanas (Buah Nenas)
14. Hitalu Biawan (Telur ikan Biawan) yang melambangkan kesuburan
15. Saluang Hilir Mudik (Ikan Saluang Hilir Mudik)
16. Kupu-Kupu Bungas (Kupu Kupu Cantik)
17. Musik Panting
18. Kalayangan Dandang (Layang-layang besar)
19. Rumbia Kasalukutan (Pohon Sagu Kebakaran)
20. Payung Raja
21. Kalung Putri Junjung Buih
22. Utas Dayang Diparaja (Cincin Dayang Diparaja)
23. Surui Diang Ingsung (Sisir Diang Ingsung)
24. Kipas Galuh Banjar
25. Bunil Galuh Rumbayan Amas (Anting Galuh Rumbayan Emas)
26. Batung Batulis (Jenis Bambu bertulisan)
27. Kambang Tabulirit (Bunga tercecer)
28. Pagat Balarangan (Putus Bertunangan) yang bentuk motifnya seperti daun
29. Kalambuai Pusing Kiwa yang motifnya menyerupai siput atau keong
30. Pasar Tarapung (Pasar Terapung/Floating Market)
Pada dasarnya motif motif sasirangan dapat digolongkan mnjadi 3 kelompok yaitu :
1. Motif lajur merupakan bentk motif yang dirangkai memanjang. Contoh hiris pudak, kangkung kaumbakan,kulat karikitm gigi haruan, dll
2.Motif ceplok adalah bentuk motif yang biasanya tampil sendiri sendiri contohnya hiris gagatas, tampuk manggis, pucuk rabung. kambang malati, dsb.
3. Motif variasi adalah motif penghias untuk menambah suatu penampilan. Contohnya pinggiran motif hiris gagatas yang diberi hiasan tambahan agar lebih cantik.
PROSES PEMBUATAN SASIRANGAN
1) Menyiapkan Kain Putih (Memotong Kain)
Langkah pertama dalam membuat kain sasirangan yaitu mempersiapkan bahan kain putih polos sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada awal kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk membuat kain sasirangan yaitu berupa serat kapas (cotton), namun seiring berjalannya waktu saat ini lebih banyak memanfaatkan material lain seperti santung, balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon, dan sutera.
2) Membersihan Kain
Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan kaporit selama satu malam.
Dalam perdagangan biasanya kain dijual dalam keadaan telah difinish atau dikanji, dimana kanji tersebut dapat menghalangi penyerapan zat warna.Oleh karena itu kain harus diproses persiapan / penghilangan kanji agar kain mempunyai daya serap terhadap zat warna.
Untuk menghilangkan kanji dapat dilakukan dengan 3 cara :
Perendaman biasa, bahan direndam dalam air selama satu atau dua hari, kemudian dibilas. Cara ini tidak banyak disukai, karena banyak memakan waktu dan ada kemungkinan timbul mikro organisme yang akan merusak kain.
Perendaman dengan asam, kain direndam dalam larutan asam sulfat atau asam chlorida selama satu malam. Apabila larutan dipanaskan pada suhu 35' C maka waktu pengerjaan dapat disingkat hingga menjadi 2 jam saja. Setelah proses maka kain dibilas dengan air sehingga bebas dari asam.
Rendaman dengan enzym, bahan dimasak dengan suatu larutan enzym (Rapidase, Novofermasol dan lain-lain) pada suhu 45' C selama 30 s/d 45 menit.Setelah pemasakan kain dicuci dalam air panas dua kali masing-masing 5 menit, kemudian dicuci dingin sampai bersih.
3) Pembuatan Pola Desain atau Motif di Kain
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pola gambar tradisional sesuai dengan motif yang dikehendaki.Pola-pola inilah yang kemudian dijadikan patokan dalam menjahit kain tersebut.
Pekerjaan melukis atau menggambar ini dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu :
Melukis atau menggambar dengan langsung dan bebas sesuai dengan lukisan atau gambar apa yang diinginkan, misalnya melukis selembar daun, bunga, bintang dan lain-lain.
Melukis atau menggambar dengan mempergunakan pola atau mal yang telah ada. Lukisan atau gambar yang dihasilkan tentu saja telah terikat dengan pola yang sudah ada.Pola atau mal yang telah tersedia tersebut terdiri dari sepotong karton tebal yang telah berlubang berupa garis lurus, garis lengkung, bundar dan sebagainya. Pola atau mal itu diletakan di atas kain putih yang akan dilukis. Setelah selesai, pola atau mal itu diletakan lagi ke samping kain tersebut untuk mendapatkan gambar yang sama. Pekerjaan ini sebenarnya bukan melukis atau menggambar, tetapi hanya menggaris-garis dengan pensil menurut alur garis-garis sesuai pola yang sudah ada. Motif gambar yang dihasilkan umumnya adalah untuk mendapat kain sasirangan yang seragam motifnya dalam jumlah banyak.
4) Kain Dijahit atau Dijelujur
Setelah lukisan selesai tergambar pada lembaran kain putih tersebut, pekerjaan berikutnya adalah menjahit. Dengan mempergunakan jarum tangan yang telah diberi benang yang kuat. Kain tersebut dijelujur (dijahit) mengikuti garis-garis hasil lukisan dengan jarak 1 - 2 mm atau 2 – 3 mm. Setelah jelujur dengan benang telah selesai untuk selembar kain, maka benang-benang tersebut disisit (ditarik kuat), sehingga tampak hasilnya berupa kain yang dijelujur tersebut menjadi takarucut (mengkerut).
5) Pemberian Warna
Pewarnaan adalah pemberian warna yang merata pada suatu bahan yang mempunyai sifat kurang lebih permanent.Pada umumnya pewarnaan terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain kemudian bahan tekstil dimasukkan atau dicolet dengan larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.
Yang penting dalam pewarnaan adalah kerataan warna pada bahan artinya terdapat kerataan yang maksimum dalam pembagian zat warna pada bahan. Masing-masing zat warna mempunyai cara pewarnaan yang berbeda dan pemakaian zat warna disesuaikan dengan jenis serat serta ketahanan luntur yang diinginkan.
Dalam proses pewarnaan kain sasirangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Pencelupan. Apabila diinginkan hanya satu warna saja, maka dapat dikerjakan proses pencelupan. kain dicelup kedalam larutan zat warna dan obat-obat pembantu, sehingga kan dihasilkan kain berwarna yang merata kecuali pada bekas jahitan/sirangan akan tetap berwarna putih.
Pencoletan. Kain yang telah disirang diberi warna dengan cara dicolet di atas sirangannya maupun diantara sirangan, banyaknya warna bisa lebih dari satu atau dua warna tergantung dari motif dan macam warna yang diinginkan.
Pencelupan dan Pencoletan. Pada cara ini mula-mula kain dicelup warna muda sebagai dasar warna. Kemudian dicolet dengan warna yang lebih tua.
Syarat-syarat zat warna antara lain :
* Harus mempunyai warna, jadi mengabsorpi cahaya tampak.
* Dapat larut dalam pelarut, umumnya air atau mudah dilarutkan.
* Zat warna harus mempunyai affinitas terhadap serat (dapat menempel).
* Mempunyai sifat yang cukup baik seperti : tahan cuci, tahan sinar.
* Zat warna harus dapat berdifusi pada serat.
* Zat warna harus mempunyai susunan yang stabil setelah meresap ke dalam serat.
Jenis Jenis zat warna yang dikenal antara lain :
1. Zat warna Directt
2. Zat warna Basis
3. Zat warna Asam
4. Zat warna Belerang
5. Zat warna Dispersi
6. Zat warna reaktif
7. Zat warna Rapid
8. Zat warna Pigmen
9. Zat warna Oksidasi
10. Zat warna Hydron
11. Zat warna Bejana
12. Zat warna Bejana Larut
13. Zat warna Napthol
Selain zat warna di atas ada lagi zat warna yang kini lagi trend digunakan unutk menambah kesan anggun dan mewah pada kain digunakan yaitu zat warna prada. Pemberian warna prada dikerjakan pada bagian tertentu misalnya di tepi bekas sirangan maupun di tempat lain sesuai dengan yang diinginkan .
6) Jahitan Dilepas
Selanjutnya benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan untuk menjelujur tersebut kemudian dilepaskan seluruhnya, apabila kain dirasa sudah agak kering. Sehingga akan terlihat motif-motif bekas jahitan yang tampak diantara kain tersebut
7) Pencucian
Setelah seluruh perintang dilepaskan, barulah kemudian dicuci sampai bersih ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak berwarna lagi.
8) Pengeringan
Tahap selanjutnya, kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Mengeringkan kain tersebut dengan cara didadai (digelar) ditempat yang naung (teduh) dan tidak kena sinar matahari secara langsung.
9) Finishing / Disetrika
Setelah kain benar-benar kering, proses terakhir yaitu proses penyempurnaan berupa merapikan kain agar tidak kumal dan kain menjadi licin yaitu dengan menyetrikanya. Penyetrikaan dilakukan secara manual dengan menggunakan setrika listrik. Kegiatan ini dilakukan secara hati-hati apalagi kalau bahan yang disetrika terbuat dari kain sutera.
10) Hasil Produksi
Kain sasirangan sudah jadi dan siap dibuat baju/lainnya atau siap untuk dipasarkan.
Game Mod Android, game ps android
BalasHapusNice
BalasHapusMantap suka sekali
BalasHapusMinta ijin download untuk background kemasan, spanduk dan poster. Saya tinggal di Kalimantan Selatan
BalasHapusKalau bisa di masukkan juga gambar motif sasirangn barunya biar sama sama tau gimana
BalasHapusMohon izin capture motif sasirangan untuk konten di sosmed/web... (sumber sasiranganborneo.blogspot.com akan saya cantum kan)
BalasHapusMantapp
BalasHapusKeyennnnn
BalasHapusMantap abisssss
BalasHapusBanyak kali motifnya, sampe bingung Nang mana Nang langkar
BalasHapus